Terjemahan sholawat burdah
Diberdayakan oleh Blogger.
Popular Posts
-
QOSIDAH BURDAH BAGIAN KE-II الفصل الثاني : في التحذير من هوى النفس Bagian kedua: peringatan tentang bahaya hawa nafsu فَإِنّ أَم...
-
QOSIDAH BURDAH BAGIAN PERTAMA قصيدة البردة للناظم الشيخ محمد البوصيري الفصل الأول : في الغزل وشكوى الغرام Bagian pertama: Bercumb...
-
QOSIDAH BURDAH BAGIAN KE-II الفصل الثاني : في التحذير من هوى النفس Bagian kedua: peringatan tentang bahaya hawa nafsu فَإِنّ أَم...
Pages
Blogger templates
Penulis
- Dedy Widianto
- Marilah kita mencari ilmu yang bermanfaat. Sayyidina 'Ali bin Abi Tholib : "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu bisa memelihara pemiliknya, sedangkan harta, pemiliknya yang harus menjaga hartanya.
BTemplates.com
Blogroll
About
Selasa, 19 Januari 2016
QOSIDAH BURDAH BAGIAN PERTAMA
قصيدة البردة
للناظم الشيخ
محمد البوصيري
الفصل الأول :
في الغزل وشكوى الغرام
Bagian pertama:
Bercumbu dan pengaduan cinta
مَوْلَايَ
صَلِّي وَسَلِّـمْ دَآئِــماً أَبَـدًا
۞
عَلـــَى
حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ
هُوَالْحَبِيْبُ
الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ ۞ لِكُلّ هَوْلٍ مِنَ الْأِهْوَالِ مُقْتَحِـــــــمِ
أَمِنْ
تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذِيْ سَــــلَــمٍ
۞
مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَيْ مِنْ مُقْلَةٍ بِـــدَمِ
Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam[1]
sana.
Engkau deraikan
air mata dengan darah duka.
أَمْ هَبَّتِ
الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَاظِمَـــةٍ ۞
وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِيْ الْضَمَآءِ مِنْ إِضَـمِ
Ataukah karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di
Kadhimah[2].
فَمَا
لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَتَــا ۞
وَمَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِـــــمِ
Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan airmata?
Padahal engkau telah berusaha membendungnya.
Apa yang
terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.
أَيَحَسَبُ
الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتـــِمٌ ۞ مَا بَيْنَ مُنْسَجِمٍ مِنْهُ وَمضْطَــــرِمِ
Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira
bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya.
Di antara
tetesan airmata dan hati yang terbakar membara.
لَوْلَا
الْهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعاً عَلَي طَـلَلٍ ۞
وَلاَ أرَقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَالْعَلـَـــمِ
Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak
mungkin engkau mencucurkan air matamu.
Meratapi
puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau
rindu.
فَكَيْفَ
تُنْكِرُ حُباًّ بَعْدَ مَا شَــهِدَتْ ۞
بِهِ عَلَيْكَ عُدُوْلُ الدَّمْعِ وَالسَّـــقَمِ
Bagaimana kau
dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya
Berupa deraian
air mata dan jatuh sakit amat sengsara
وَأَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّيْ عَبْرَةٍ وَّضَــنىً ۞ مِثْلَ الْبَهَارِمِ عَلَى خَدَّيْكَ وَالْعَنَــــمِ
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan
sakit lemah tak berdaya.
Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.
نَعَمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرّقَنِي ۞ وَالْحُبّ يَعْتَرِضُ اللّذّاتَ بِالَلَــــــمِ
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir
membangunkan tidurku untuk terjaga
Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara
dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita
يَا لَا ئِمِي فِي الهَوَى العُذْرِيِّ مَعْذِرَةً ۞ مِنّي إِلَيْكَ وَلَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ
Wahai pencaci
derita cinta kata maaf kusampaikan padamu.
Aku yakin andai
kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki.
عَدَتْكَ حَـــالِـي لَاسِرِّيْ بِمُسْتَتِرٍ ۞ عَنِ الْوِشَاةِ وَلاَ دَائِيْ بِمُنْحَسِــمِ
Kini kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang
tersimpan darimu.
Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku
tiada kunjung sirna.
مَحّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَّسْتُ أَسْمَعُهُ ۞ إَنّ الُحِبَّ عَنِ العُذَّالِ فِي صَمَمِ
Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar
semua itu.
Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak
menggubris cacian pencela.
إِنِّى اتَّهَمْتُ نَصِيْحَ الشّيْبِ فِي عَذَلِي ۞ وَالشّيْبُ أَبْعَدُ فِي نُصْحِ عَنِ التُّهَمِ
Aku curiga ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
Langganan:
Postingan (Atom)